Monday, February 15, 2010

Cerita Teh ...

Masih terngiang-ngiang yang dia bilang,

"Ibuku selalu bilang, laki-laki nggak boleh pake tissue! Harus pake saputangan. Nih, kado dari aku... dipake ya ... biar inget aku terus!"

Sekarang aku memegang saputangan kedua dari 3 buah yang kau beri. Setiap memegangnya, hatiku menghangat.

Saturday, February 13, 2010

Cerita Kopi ...

Aku membalas SMS yang dikirimnya..

"Heeeeeh .... hari gini nggak ada tuh yang bilang SELAMAT BERCENGKRAMA! cis!"

Tapi entah kenapa, senyumku tak pernah mau pergi setiap membaca lagi smsmu, wahai lelakiku.

Cerita Teh ...

"Kalau nanti liat penari telanjangnya, matamu jangan melompat keluar ya!"

Kamu dengan mata jenakamu itu.

"Serius kamu baru pertama kali ini ke gay club? serius?!"

sudah diam!

"Ahahahaha tanganmu keringetan!"

diam! diam! diam! aku malu aku takut!

"Tenang ... ada aku, kamu akan baik-baik saja!"

Tatapan menenangkan itu, wahai lelakiku, justru membuatku semakin ingin pulang dan mencumbumu ....

Cerita Kopi...

"Pssst ..aduh, apa-apaan sih kamu ikutan masuk ke ruang ganti!"

"Aduuuuh, nanti ada yang liat! ini di SOGO sayang, bukan di rumahmu"

"Eh eh eh ... ah ah ah ... sayang .................. jangan ............... aaaaaaahhhhhh ....!"

Iya, aku liar!

Cerita Teh ...

"Ah masa belum pernah ke club?"

"Kamu kan udah tua! heheheh"

"Aih, mukamu merah kayak perawan desa!"

"Ouch ... idih dicubit! kayak lagi pacaran di pinggir kali ah! ini di cafe, sayang!"

-Ihiik- Lelakiku, aku memang seperti Minah gadis dusun bila bersamamu.

Cerita Kopi ...

"Aku tambah gendut ya?"

"Makanku banyak belakangan ini!"

"Atau jangan-jangan karena aku sering diomelin sama kamu?!"

"Nggak apa-apa deh .. omelan sayang!"

"Apa? mau masakin aku? nggak salah? ihihihih coba aku pengen liat kamu sukses masak air tanpa gosong panci!"

Ingin rasanya aku tak masuk kantor hari ini.

Cerita Teh ...

"Uhhhmm enak!"

"Bolu kukus paling enak yang pernah kumakan!"

Matanya bercahaya seperti anak kecil kena permen gulali.

Wahai lelakiku ...

Besok kubawakan lagi, masakan penuh rasa hati

Untukmu.

Cerita Kopi..

Lelaki ini berkata lugas,

Jangan ajak aku kesini kalau engkau malu.

Yang merindu bukan aku tapi kamu.

Aku pulang dulu ya.

Mulutku terkunci,

Jangan pergi!

Cerita Teh ...

Lelaki ini berkata,

Mulai sekarang berhenti menulis kata rindu di udara.

Mulai lah merinduku.

Hatiku ingin berteriak,

Udara kehilangan maknanya.





Friday, February 12, 2010

Cerita Kopi

Katanya,

Kamu nggak galak kok!

Kamu cuma rapuh.

Kayak kertas tissue.

Setan! setan! setan!

Aku sebal!

Cerita Teh ...

Jangan malu, katanya.

Ulurkan tanganmu dan sebut nama, katanya.

berkali-kali kulihat kamu mengikuti langkahku ke sini, katanya.

dan terus terang, aku selalu menanti tatapan mata itu, katanya.

Ah, sedemikian jelasnya kah?

Cerita Kopi ...

Sialan, lelaki kayak begini kok bisa mengganggu benak!

celana katun murah, sepatu dengan kaus kaki putih. Situ pikir Michael Jackson.

Dandanan tak berkelas.

Dengan senyum kelas bintang lima.

Damn! sekarang yang murahan siapa ya!

Cerita Teh

Dari jendela kedai kopi ini aku melihatnya.

Berlari kecil menghampiri.

Jantungku keburu copot.

Jantungku mencolot.

Cerita Kopi ...

Atas nama asap yang berpisah dari abu di jariku.

Aku sungguh mencandu engkau.

Pulang sekarang!

Cerita Teh ...

Pada gelap semesta,

Aku menulis di udara.

Aku rindu!

Monday, February 1, 2010

Saat kopi mulai ditelanjangi ...



Ini cerita tentang Sang Kopi:

Selepas Aku engkau setubuhi,

saat menikmati lelehan keringat menguap pelan di udara, sambil dihibur matahari menggembos tanpa daya dihisap bumi

Aku lekat memandangmu Lelakiku.

Dulu, persetubuhan bagiku, seperti minyak tanah berkawin dengan korek api.

Panas

Meletup

Liar membakar

Tak ada cinta.

Cinta dan kelamin, dua lingkaran yang tidak beririsan.

Apa itu cinta?
Taik kucing dengan cinta.

Sejatinya, aku seperti lubang hitam.

Siapa pun yang memasuki Aku

Ia tidak mengamplifikasi rasa.

Ia jatuh.

Semua rasa yang diberi, pada ujungnya hanya terbaui samar-samar

Persona ku terlalu kuat.

Rasa ku terlalu kuat.

Jadi buat apa cinta?

Cinta bagiku seperti perpaduan deodorant wangi berkawin dengan keringat di ketiak yang ujungnya beranakan bau kecut.

Kopi tetap berbau, berasa kopi meski Ia berkawin dengan apa pun.

Nampaknya, aku ditakdirkan sendirian.

Jadi buat apa mengurusi Cinta.

Cinta seperti permen karet lengket di pantat celana.

Sekali lagi, Aku memandangmu, wahai lelakiku.

Dengan cara yang sederhana, kamu sudah merenggut milikku yang paling berharga.

Nyawaku sudah kau kantongi.

Sialan, kalau ingat kali pertama bertemu

Aku tidak pernah menyangka, lelaki sederhana macam kamu mampu menggerakkan semesta.

Atau jangan-jangan,

Kamu adalah varian kopi baru ?

(bersambung...)



note: gambar dipinjam dari www.gettyimages.com

Bicara persetubuhan -lagi-


Saat gelap di usir terang, Teh berdiri telanjang.

Wahai lelakiku,

atas nama embun setengah membeku yang diperkosa matahari saat Ia mulai terbangun perlahan,

Aku memujamu.

Kita berkendara, engkau kereta emas, dan aku saisnya.

Tenang

Pelan

Hanyut

Tenang

Pelan

Hanyut

Berkali-kali

lagi

lagi

Tinggalkan kelaminmu

dan biarkan aku menjilati jiwamu

lima kali kecepatan suara, nyawamu aku bawa pergi

masuki aku pelan

sampai aku meleleh

sampai aku mengutuk

karena, engkau tak ada sebentar lagi

seperti gelap diusir terang.

...................................................................................

Kopi setia menunggu matahari kecemplung kolam

dan engkau datang.

Wahai lelakiku,

atas nama birahi dan segala keliaran binatang,

Kopi memujamu.

nafsu

nafsu

nafsu

Aku beri hentakan seperti denyut lahar yang tak betah ada di dalam.

kasar

mencengangkan

aku jamin, engkau akan berdansa dengan keliaran semesta

tinggalkan kepalamu di rumah

biarkan ujung penismu berkuasa

saat engkau nikmati damai dalam liar

siapa yang butuh tenang?

setan! engkau direnggut

saat terang datang


note:
gambar dipinjam dari www.gettyimages.com

Duel lanjut lagi



Sambil melihat matahari terpeleset dari orbitnya,
Teh dan Kopi bertemu kembali.

Kopi,
aku sekarang tak akan iri lagi padamu.
Aku akan membiarkan dirimu memilikinya pagi hari.
Cinta yang membakar seperti dirimu, aku tak akan pernah punya.

Teh,
Aku tak akan iri lagi padamu.
Aku akan membiarkan dirimu memilikinya saat matahari kelelahan.
Cinta yang meneduhkan seperti dirimu, aku tak akan pernah punya.

Kopi,
pernah kah terpikir bahwa lelaki yang kita cinta ternyata tak membuat hidup kita penuh.

Teh,
berkali-kali aku merasa begitu. Tapi, aku tak mau beranjak jauh.

Kopi,
ini harus diakhiri. Mari kita buat Ia memilih salah satu dari kita.
Teduh dariku atau bara panas dari mu.

Teh,
Baiklah, dengan konsekuensi aku dibiarkan mendingin dan kehilangan makna pada pagi hari. Aku setuju.

Salah satu dari kita, harus mati.

Mencumbu ...



Sambil menikmati wedang ronde angkringan, teh dan kopi bertemu kembali ...

Teh berkata kepada kopi

"Wahai kopi ceritakan padaku bagaimana ia mencumbumu"

Kopi berkata kepada teh

"sepanas mentari sehangat bara api"

Teh merasa, wedang ronde dalam gelasnya membeku ....


Kopi bertanya

"Wahai teh, ceritakan bagaimana ia mencumbumu?"

Teh berkata

"Seperti mencelup ujung kaki di air danau yang jernih ... seperti membuka kotak perhiasan yang ditabrak mentari pagi hari"

Kopi merasa, wedang ronde di gelasnya menjadi empedu


Gulana ...



Sekali lagi,
di awal matahari, teh dan kopi terpaksa bertemu mempertanyakan nasibnya...


Kopi berkata kepada teh,
"Wahai teh, ketika aku rela melepaskan esensi diriku agar ia memperlakukanku seperti ia memperlakukanmu .... berarti kah ?"

Teh berkata kepada kopi
,
"Wahai kopi, aku pernah melakukannya ... percaya lah, kau akan kecewa"

kopi dan teh berpisah sambil menggandeng gulana...